Rabu, Januari 04, 2012

KEYAKINAN YANG MUTLAK

Oleh: Naen Soeryono


Sering saya mendengar kabar, bahkan sering ada cerita tentang seseorang yang banyak digunjingkan oleh sesama Warga karena mempunyai “ kelebihan “ dan tidak jarang banyak Warga mengatakan orang yang mempunyai “ kelebihan “ itu adalah orang yang “ sakti “, dia pandai menyembuhkan sesama, bisa melihat segala hal yang orang lain tidak tahu, bahkan punya kelebihan yang tidak setiap orang mampu melakukan itu.

Bahkan tidak hanya Warga yang sering ikut penggalian, bahkan si Tuntunan pun yang notabene sebagai Pembina Warga ada yang tergila-gila kepada orang-orang yang dianggap punya tenaga linuwih, sehingga ikut- ikutan mempercayai setiap omongan yang disampaikan, termasuk segala hal yang tidak sesuai dengan arah ajaran Kerokhanian Sapta Darma termasuk Hukum Tuhan .

Setiap orang yang dilahirkan untuk hidup didunia ini pasti mempunyai permasalahan tentang kehidupan, sehingga banyak cerita dan dongeng dengan perumpamaan pada saat bayi dilahirkan di dunia ini pasti ditandai dengan “ tangisan sang jabang bayi pada saat dilahirkan “, dan permasalahan hidup antara yang satu dengn yang lain tentu saja berbeda-beda, ada yang berrmasalah dengan ekonminya, ada yang bermasalah dengan kesehatannya, ada yang bermasalah dengan anaknya, ada yang bermasalah dengan pekerjaannya, ada yang bermasalah dengan isteri atau suaminya, dan banyak masalah-masalah lain yang tidak tercover dalam tulisan diatas, karena memang yang namanya masalah itu beribu-ribu penyebabnya. 

Pernah ada keluarga yang menceritakan kepada saya tentang permasalahan hidup yang dihadapi, pada saat menghadapi sakit pada bagian perut selama 2 (dua) bulan, setiap berobat seminggu sekali untuk memeriksakan ke dokter dan untuk beli obat pasti mengeluarkan duit Rp. 2.500.000, - (dua juta lima ratus ribu) dan sudah tiga dokter yang memeriksa penyakitnya, ada Prof. dr. Pratik yang ahli Kandungan, ada Prof. dr. Heru juga specialis kandungan, dan ada Prof. dr. Erik juga specialis SPOG, rata–rata hasil pemeriksaan si Profesor selalu mengatakan “ ada mium dalam rahim, ada pelengketan rahim, dan ada farices dalam rahim dan ketiga dokter itu mengatakan tidak akan bisa punya anak lagi. dan kalaupun bisa resikonya sangat besar bagi si ibu. 

Pada saat penyakitnya sudah tidak ada tanda-tanda kesembuhan dan perkembangan yang baik, maka pasangan suami isteri tersebut memasrahkan sakitnya kepada Hyang Maha Kuasa dengan cara melakukan sujudan selama tujuh hari bersama sang suami, satu hari ditempuh dengan tiga kali sujud, dan sepenuhnya dilakukan dengan cara ikhlas, termasuk mohon petunjuk Hyang Maha Kuasa, tenryata pada hari yang terakhir sujudan, si perempuan yang sakit pada saat mengucap “Kesalahane Hyang Maha Suci mohon ampun Hyang Maha Kuasa, melihat kesalahan dalam dirinya dan melihat suatu pengalaman yang pahit pada saat menggugurkan kandungan si jabang bayi yang ada dalam rahimnya dan baru berumur satu bulan, si perempuan itu menangis dalam kain di tempat dia sujud, dan menangis tersedu-sedu, seolah-olah dia tidak bisa berdiri untuk mengangkat badannya, karena ingat akan pengalaman pahit pada saat mengugurkan kandungan dalam rahimnya.

Ada pengertian dalam dialog pada saat sujud, bahwa suatu kesalahan yang kita perbuat tentu tidak gratis begitu saja hilang, setiap kesalahan pasti ak an ada penebusan, pada saat mengucap “Hyang Maha Suci Mertobat Hyang Maha Kuasa“ di dalam diri perempuan itu mengatakan kepada Nya, “ … aku siap menggantikan anak yang pernah kugugurkan itu, beri aku pengganti anak itu …sekalipun nyawaku adalah tebusannya” dan pada saat terakhir sujud si bapak mendapat tuntunan, agar mengembalikan roh suci yang pernah ditiupkan oleh Hyang Maha Kuasa di rahim si ibu sambil memberi nama si jabang bayi tadi, maka diberilah nama si jabang bayi itu “ayu“ karena memang terlihat bayi perempuan, dan ayu dikembalikan kepada pemilik Nya ….

Suatu pengalaman yang luar biasa yang dirasakan perempuan itu…..setelah melaksanakan tirakatan, dalam kondisi sakit….,tapi hatinya diliputi oleh keihklasan yang luar biasa, sakit yang dideritanya diakatakan sebagai anugrah, merasakan sebagai umat yang sangat dikasihi oleh-Nya. Dalam setiap sujud dan tidurnya dia berkata dalam hati : “ akan kunikmati setiap rasa sakit yang Kau berikan ini dengan rasa ikhlas dan bahagia karena ini adalah bagian dari kasih sayang MU untuk menebus kesalahanku “

Setelah dua minggu selesai melaksanakan sujudan, si perempuan dan suaminya pergi ke dokter lagi untuk memeriksakan penyakit yang pernah diderita, ternyata dokter mengatakan bahwa benjolan yang dulu pernah dilihat pada saat diperiksa sudah hilang, berganti dengan si embrio kecil nafas jabang bayi dalam rahimnya, si dokter mengatakan…kalau ibu dapat hamil berarti sudah sembuh…, dan ternyata benar perut si perempuan itu kian hari kian besar sebagai tanda kehamilan.., dan setelah sembilan bulan sepuluh hari lahirlah bayi laki-laki yang lucu dan menangis dengan keras, lalu si bapak menggendong si bayi itu dengan mengucap Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil, trimakasih …………..,

Pengalaman di atas, adalah cerita kecil dari sisi kehidupan yang banyak dialami oleh Warga kita, tetapi pada saat kita mengadapi permasalahan dalam hidup, kita sering mencari jalan keluar yang instant alias cepat tanpa ada pengorbanan (… ya wajar-wajar saja namanya manusia itu kan selalu pengin cepat-cepat membuang masalahnya), tetapi ingat dalam Wewarah Tujuh mengatakan “ Wani urip kanthi kapitayan saka kekuatane dhewe “, artinya janganlah kita melimpahkan kesalahan yang pernah kita perbuat kepada orang lain …, kita harus berani mempertanggung jawabkan apa yang pernah kita perbuat kepada Hyang Maha Kuasa dengan cara memasrahkan hidup kita pada Nya, dengan cara sujud sesuai Ajaran Kerohanian Sapta Darma , 

Keyainan kepada Hyang Maha Kuasa tidak boleh separuh-separuh, kalau kita diberi sakit seperti cerita diatas, tentu saja mengandung pengertian bahwa Tuhan masih sayang kepada kita, Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat, Tuhan masih mencintai kita, tetapi kita sebagai manusia kadhang lupa tentang kekuasaan Tuhan kepada kita, bahkan kita malah selalu ingin menghindar atas kelalian kita, dan kita selalu ingin mencari jalan instant sebagai penyelamat dengan cara mencari orang-orang yang dianggap mempunyai kelebihan, mencari orang-orang yang dianggap mampu mengatasi permasalahan hidup kita.

Bukankah Sri Gutomo pernah mengatakan dalam buku dasa warsa, “JANGANLAH WARGA PERCAYA PADA BARANG KLENIK & DUKUN” artinya kalau kita percaya kepada orang-orang yang dianggap pinter atau mempunyai kelebihan, dan ternyata orang itu menggunakan kekuatan roh-roh penasaran, atau kekuatan saudara sebelas, maka orang yang meminta tolong tentu saja sudah berhutang kepada kekuatan itu (entah saudara sebelas atau roh-roh penasaran).

Jadi keyakinan kita kepada Hyang Maha Kuasa haruslah keyakinan yang betul – betul mutlak, tidak menduakan kekuasaan-Nya, harus dengan cara-Nya untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan ini …..

Selamat mencoba ……..salam Waras.

Catatan : 
Tulisan ini sedianya akan dimuat pada Gesa edisi 2, namun ada kendala pada penerbitannya maka daripada menunggu waktu yang tak pasti maka saya kirimkan untuk kita semua (bagi facebooker), buat yang lain (gak bisa online) mungkin cukup dicopykan aja dulu.

0 komentar:

Posting Komentar